Sabtu, 25 September 2010

Prospek Pertanian Organik di Indonesia


Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan �Back to Nature� telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Peluang Pertanian Organik di Indonesia

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.

Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.

Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.

Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar (Tabel 1). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.

Tabel 1. Areal tanam pertanian organik masing-masing wilayah di dunia, 2002

No. Wilayah Areal Tanam (juta ha)

  1. Australia dan Oceania 7,70
  2. Eropa 4,20
  3. Amerika Latin 3,70
  4. Amerika Utar 1,30
  5. Asia 0,09
  6. Afrika 0,06

Sumber: IFOAM, 2002; PC-TAS, 2002.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.

Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.

Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.

b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik

No. Kategori Komoditi

  1. Tanaman Pangan Padi
  2. Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
  3. Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
  4. Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
  5. Peternakan Susu, telur dan daging
( sumber : http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17 )
http://store.store-spot.com/syifaagro/

Kamis, 02 September 2010

Mobil Murah dan Irit Buatan Indonesia

Mobil Murah dan Irit Buatan Indonesia

Mobil Made in Indonesia - GEA buatan PT INKA

Setelah memproduksi mobil Kancil yang kurang sukses karena jaringan pemasaran kurang baik, kali ini PT INKA akan membuat mobil nasional GEA seharga Rp 40-50 juta. Saya lihat perusahaan yang jadi pemasarnya di internet cuma mencantumkan alamat kantor. Tidak ada website, nomor telpon atau pun fax yang bisa dihubungi.

Mobil 650 cc ini bisa dilengkapi AC, kecepatan 85 km/jam, dan super irit karena 1 liter bensin bisa untuk 20-25 km.

Mobil Kancil buatan PT INKA

Mobil Kancil buatan PT INKA

Selain PT INKA, PT Kanzen juga akan membuat mobil meski agak mahal di harga Rp 80 juta.

Hebatnya lagi, Siswa SMKN 10 Malang berhasil membuat mobil yang diberi nama Esemka dengan harga sekitar Rp 80 juta. Sebelumnya, pak Masrah peneliti dari LIPI juga membuat mobil listrik yang diberi nama “Marlip.”

Semoga jaringan pemasaran dan servisnya kali ini lebih baik, kemudian semoga bank2 pemerintah bersedia membantu pendanaan, pejabat pemerintah menggunakan mobil tsb untuk ke tempat kerja, dsb.

Gambar Mobil EsemkaBayangkan jika di Indonesia pasaran kendaraan bermotor 1 juta, maka jika harga mobil umumnya Rp 100 juta, dengan memakai mobil GEA seharga Rp 50 juta bisa dihemat uang Rp 50 trilyun/tahun. Belum lagi biaya bensin yg 2 kali lebih irit.

Jika jadi, maka para pemakai motor pun bisa tertarik karena harganya tidak beda jauh serta lebih aman bagi anak-anak dan keluarga. Kemudian dengan bentuknya yang kecil, lebih lincah dari mobil biasa.

Namun PT INKA harus menggandeng SMK untuk jadi pusat perakitan dan service center. Bahkan jika perlu sebagai showroom dan tempat menjual mobil dengan menggaji 2-3 karyawan tambahan.

Selain itu ada juga mobil Arina-SMK yang 100% made in dalam negeri karena mesinnya juga buatan lokal. Dengan mesin motor 150cc-250cc konsumsi bensin hanya 1 liter untuk 40 km. Jadi betul-betul irit. Selain itu dengan panjang 2,7 meter, lebar 1,3 meter dan tinggi 1,7 meter, mobil ini bisa masuk ke dalam jalan dan gang yang sempit. Harganya sangat murah. Hanya sekitar Rp 24 juta.

Selain itu ada juga mobil off road Komodo dengan kapasitas 2 orang. Mobil ini konsumsi bahan bakarnya 1:25. Dapat melaju 40 km/jam di jalan berbatu dan 60 km per jam di jalan mulus. Harga sekitar Rp 50 juta.

Selain itu ada juga kendaraan UPV (Urban Personal Vehicle) yang mampu memuat hingga 4 penumpang. Mobil ini konsumsi BBMnya hanya 1:40. Harganya hanya Rp 30 juta. Sudah ada pesanan 300 unit dari Belanda, namun karena keterbatasan modal belum dapat dipenuhi. Seandainya pemerintah menyediakan Rp 6,7 trilyun untuk mengembangkan otomotif nasional sebagaimana pemerintah membail-out Bank Century, tentu industri otomotif Indonesia sudah berkembang. Lapangan kerja terbuka luas, dan masyarakat bisa beli mobil murah.

Silahkan baca berita selengkapnya dari Republika di:.

http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=3199

Tentu saja Mikrocar ini selain jaringan pemasaran (bisa menggunakan SMK) harus handal, layanan purna jual juga harus bagus agar masyarakat tidak kecewa. Fasilitas pembiayaan untuk kredit juga harus ada hingga masyarakat kecil bisa nyicil.

Selain mobil India Tata Nano, industri otomotif lainnya seperti Ford, Nissan, Renauld, Volkswagen, Toyota, Honda, dan Fiat juga akan bersaing memproduksi mobil mungil (Micro car). Oleh karena itu pemerintah harus cepat bertindak agar industri otomotif di Indonesia berkembang dan mandiri.

Senin, 06/10/2008 13:18 WIB

Mobil GEA PT INKA Tunggu Rekomendasi BPPT

Ikhsan Ali – detikOto

Gambar

Jakarta – Upaya industri dalam negeri untuk bisa memproduksi mobil sendiri belum berhenti. PT INKA yang selama ini dikenal sebagai pembuat gerbong kereta, juga beranjak kesana. Terakhir, mereka telah menguji coba mobil yang bertenaga 600 cc.

“Kami sudah menguji coba mobil ini sejauh 10.000 km. Hasilnya, cukup memuaskan.” Demikian disebutkan Kepala Humas PT INKA Fathoer Rosyid kepada detikcom, Senin (6/10/2008). Menurut Fathoer, mobil yang dikembangkan INKA tersebut adalah generasi kedua dari Mobil Kancil yang dulu juga pernah dilansir ke publik.

Seperti diketahui, beberapa tahun lalu, PT INKA menjadi partner perakitan kendaraan milik PT Kurnia Abadi Niaga Citra Indah Lestari yang diberi nama Kancil. Mobil tersebut sempat diposisikan sebagai bakal pengganti angkutan jarak pendek dalam kota, Bajaj. Namun pada praktiknya, Kancil tidak mendapat tanggapan yang cukup baik dari pemkot Jakarta ataupun masyarakat.

“Kalau kancil dulu hanya 450 cc. Maka mobil yang generasi kedua ini kapasitas mesinnya lebih besar. Sudah 600 cc. Selain itu, desain dan ruang bagian dalamnya juga lebih luas dari Kancil,” ujar Fathoer menjelaskan. Bila nantinya sudah resmi dipasarkan, PT INKA memperkirakan harga jualnya berkisar antara Rp 45 sampai degan Rp 50 juta.

Untuk mobil barunya kali ini, PT INKA memberi nama GEA yang merupakan akronim dari Gulirkan Energi Alternatif. Maksud penamaan tersebut adalah semangat untuk menggunakan energi alternatif terkait dengan ancaman krisis energi. Karena itu, pada GEA juga akan disediakan opsi untuk bisa menggunakan bahan bakar gas.

Jika tak ada aral melintang, PT INKA berharap bisa meluncurkan GEA pada tahun 2009. Pasar pertama yang disasar adalah para pemilik angkutan umum, tapi tak tertutup juga jika diperuntukkan sebagai kendaraan pribadi. Namun untuk sampai pada proses tersebut PT INKA masih menunggu rekomendasi dari BPPT sebagai otoritas pertama soal kelaikan jalan.

Baca selengkapnya di:

http://oto.detik.com/read/2008/10/07/174809/1016713/648/mobil-gea-pt-inka-madiun-mulai-dilirik

Inka kembangkan kendaraan kecil pengganti bajaj

– Bisnis Indonesia – Monday, 11 August 2008 –

JAKARTA: PT Industri Kereta Api (Inka) segera memasarkan mobil mini (micro car) berkapasitas mesin 650 cc sebagai alternatif kendaraan angkutan umum pengganti bajaj.

Kendaraan yang diberi nama Gea tersebut ditargetkan diluncurkan ke pasaran domestik pada tahun depan. Nama mobil Gea merupakan akronim dari ‘gunakan energi alternatif’.

Saat ini, Inka telah mengantongi izin dari Departemen Perhubungan dan nomor identifikasi kendaraan bermotor (NIK) dari Departemen Perindustrian.

“Kami tidak ingin tergesa-gesa dalam memasarkannya. Kami banyak belajar dari pengalaman dalam mengembangkan Kancil [nama kendaraan kecil sejenis bajaj] yang kurang sukses di pasaran. Saat ini kami masih sempurnakan dulu teknologinya, ” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Pada sekitar 2003, Inka sempat menggandeng PT Kancil Indonesia untuk memasarkan mobil mini dengan kapasitas mesin 500 cc. Namun, dalam perjalanannya produk tersebut kurang sukses di pasaran.

Direncanakan, untuk memasarkan mobil seharga Rp50 juta per unit itu Inka melakukan pendekatan terhadap kalangan koperasi angkutan umum sebagai salah satu segmen yang akan disasar.

Baca selengkapnya di:

http://www.kanwilpajakwpbesar.go.id/?task=fullart&PID=768

Mobil Rp 70 Juta Produksi SMKN 10 Malang

Monday, 08 June 2009

MALANG – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Kota Malang memang baru berusia dua tahun. Kendati masih berusia belia, SMK bertaraf internasional yang berdiri sejak 2007 ini sudah mampu memproduksi mobil yang harganya dipatok sangat murah, hanya berkisar Rp 70 juta per unit.

Murahnya harga mobil tersebut tentu saja mencengangkan banyak kalangan. Sebab, harga mobil baru yang beredar di pasaran Indonesia selama ini masih di atas Rp 100 jutaan per unit. Namun, tidak demikian dengan Kepala Sekolah SMKN 10 Kota Malang, Faizah. Kepala sekolah yang mengenakan jilbab ini justru menilai harga sebesar itu wajar. Mengapa wajar? Faizah yang kala itu didampingi Humas SMKN 1o Kota Malang, Edi Basuki menceritakan secara detail tentang produk-produk unggulan yang dibuat siswa-siswa SMKN 10 ini. Mulai dari komputer, labtop, sepeda motor hingga produksi mobil.

Baca selengkapnya di:

http://smkn10-mlg.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=1

Mobil Esemka, Tantangan Bagi SMK

Syubhan Akib – detikOto

Jakarta – Mobil double cabin yakni Esemka Digdaya hasil kreasi siswa SMK 1 Singosari, Malang sepertinya memang layak diacungi jempol.

Sebab walaupun hanya diberi waktu pengerjaan 3 bulan saja, 50 siswa yang terlibat dalam proyek pembuatan mobil ini terbukti sanggup mengerjakan semuanya dengan sangat rapi.

Baca selengkapnya di:

http://oto.detik.com/read/2009/05/22/143755/1135623/648/mobil-esemka-tantangan-bagi-smk

Hebat, Siswa SMK Rakit Mobil Sendiri!

Jumat, 22 Mei 2009 | 18:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Enam siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 10 Malang, Jawa Timur, mampu merakit sendiri karoseri hingga pemasangan suku cadang kendaraan roda empat bernama ‘Zhangaro’ dengan kapasitas mesin 1.500 cc.

“Proses pembuatan dan perakitannya selama tiga bulan,” kata Sugeng Sutrisno, salah seorang siswa perakit mobil, di Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Tingkat Nasional XVII di Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).

Baca selengkapnya di:

http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/05/22/18174239/hebat.siswa.smk.rakit.mobil.sendiri.

http://otomotif.kompas.com/read/xml/2009/05/19/10311627/upv.mobil.mikro.indonesia.seharga.rp.30.juta

UPV, Mobil Mikro Indonesia Seharga Rp 30 Juta

http://oto.detik.com/read/2009/05/18/122615/1133224/648/komodo-bisa-hidup-di-dua-alam

Komodo Bisa Hidup di Dua Alam

http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=5595

Komodo, Mobil Tangguh Karya Arek ITS

http://autos.okezone.com/read/2009/05/15/52/220186/52/komodo-mobil-jelmaan-kendaraan-roda-dua

Komodo, Mobil Jelmaan Kendaraan Roda Dua