Rabu, 08 Januari 2014

Ikan Bandeng vs Ikan Salmon



Ada fakta menarik yang mulai di ungkap oleh media baik media elektronika maupun media cetak, terkait kandungan ikan salmon dan ikan bandeng. 


FAKTANYA!!!

1. Bentuk Fisik Daging

** Ikan Salmon

Bentuk dan fisik daging ikan salmon kondisi segar berwarna merah segar dengan duri yang tdk terlalu banyak

** Ikan Bandeng


Bentuk dan fisik daging ikan bandeng segar berwarna merah pucat dan banyak duri. Warna merah pucat ini tidak identik dg daging ikan busuk / tdk segar


2. Kandungan Gizi


Ikan Salmon

Kalori : 116
Protein (gr) : 19.9
Lemak (gr) : 3.45
Kolesterol (mg) : 52
Zat besi (mg) : 0.77




Ikan Bandeng
Kalori : 84
Protein (gr) : 14.8
Lemak (gr) : 2.3
Kolesterol (mg) : 58

Zat besi (mg) : 0.3






Ikan Bandeng ditengarai memiliki kandungan gizi yang jauh lebih baik dibandingkan ikan Salmon yang mendunia itu. Kandungan Omega-3 ikan Bandeng ternyata enam kali lebih tinggi dibandingkan ikan Salmon. Dan, kandungan lemak ‘sehat’ dalam perut ikan bandeng juga cukup tinggi sehingga bisa menjadi pilihan terbaik ikan konsumsi. 

Sebagaimana kita ketahui selama ini ikan Salmon dianggap memiliki kandung Omega-3 tertinggi. Sebaliknya, ikan Bandeng dianggap sebagai ikan biasa–biasa saja. Tak sehebat ikan Salmon yang begitu banyak diperbincangkan perihal keunggulannya. 
Akibatnya harga ikan Salmon harganya menjadi sangat mahal (lebih dari Rp. 400.000,- per kilogramnya) dan hanya dijual di supermarket besar dan untuk segmen pasar menengah atas. Sementara, ikan Bandeng dianggap sebagai ikan murahan yang dijajakan di pasar-pasar tradisional kelas bawah. 

Pertanyaannya adalah kenapa demikian? Hal tersebut ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor promosi dan kepiawaian para pedagang untuk menggarap pasar. Negara-negara produsen ikan Salmon dengan sengaja menggarap ‘brand’ ikan Salmon sebagai ikan berkualitas, mahal dan mewah. Berbagai media dipergunakan untuk mengangkat ‘derajat’ ikan tersebut dengan cara mencitrakan sebagai ikan yang luar biasa. 

Bahkan, mereka membangun mitos, cerita dan analisis ilmiah untuk mendongkrak citra ikan Salmon menjadi ‘selangit.’ Hasilnya, memang sungguh luar biasa. Hampir semua orang di seluruh penjuru dunia mengenal ikan yang banyak terdapat diperairan Amerika tersebut sebagai ikan berkelas atas. 


Fakta sebaliknya, justru terjadi pada ikan Bandeng. Meskipun potensi gizinya lebih baik dan budidaya produksinya lebih mudah. Ternyata, citra ikan Bandeng justru terpuruk dan berada di bawah. Ikan Bandeng justru dikenal sebagai ikan murahan yang dikesankan sebagai ikan ‘berbahaya’ kalau dimakan karena banyak durinya. Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar ikan Bandeng. Selama ini hanya dikenal sebagai eksportir ikan Bandeng untuk umpan pemancingan ikan Tuna yang harganya tentu murah. Tidak lebih dari itu. Mengenaskan memang! 

Padahal, kalau mau serius menggarap citra ikan Bandeng sebagai ikan berkualitas yang murah (tapi tidak murahan), kita bisa menjadi penguasa dunia ikan konsumsi. Produksi ikan Bandeng yang melimpah tentu bisa menjadi andalan ekspor produk ikan budidaya. 

Soal duri yang selama ini menjadi faktor negatif ikan Bandeng sebenarnya bukan lagi menjadi hambatan. Karena sudah bisa diproduksi ikan Bandeng tanpa duri atau bandeng cabut duri. Kita juga memiliki aneka cara dan teknik memasak ikan Bandeng. Yang selama ini telah melahirkan menu-menu bandeng bercita rasa tinggi, misalnya: Bandeng Presto, Otak-otak Bandeng, Bandeng Asap dan berbagai menu lainnya yang cukup menggiurkan selera. 

Bila kita menyadari, ikan Bandeng ini hanyalah salah satu contoh betapa potensi perikanan, pertanian dan agribisnis lain yang demikian besar akhirnya tersisih dalam persaingan pasar dunia. Satu hal, hanya karena ketidakmampuan kita berpromosi dan menggarap pasar. 

Dengan fakta terbaru ini mulai sekarang hendaklah kita jangan memandang dan menilai sesuatu hanya dari sebelah mata atau hanya karena harga yang murah dan kurang populer sehingga pola pikir kita terbangun hanya dari opini akibat gencarnya propaganda atau promosi. 

Sumber : 

www.datasegar.co.cc
www.NutritionData.com

Nah sekian dulu posting dari saya, jangan lupa untuk meng-klik tombol G+1 dibawah artikel ini. Semoga bermanfaat :D

Minggu, 05 Januari 2014

Beras apa Ketan Hitam sih? Apa bedanya?

Beras Hitam? Ketan Hitam kali?”
“Ini beras hitam apa ketan hitam?”
“Beras hitam? Baru dengar nih, ini ketan hitam atau gimana?”
Memang beras hitam adalah legenda. Wajar saja jika sedikit saja yang mengetahui keberadaannya. Memahami bagaimana beras hitam sejatinya dan manfaat dibalik warnanya yang pekat.
Sepintas, memang beras hitam sangat mirip dengan ketan hitam. Ketan hitam sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Mudah kita temukan bubur kacang hijau dengan ketan hitam. Atau tape ketan hitam. Atau bubur sumsum dengan ketan hitam. Dan masih banyak lagi olahan ketan hitam yang cukup dikenal.
Namun beras hitam adalah sesuatu yang berbeda.

#1 Ketan itu lengket, sedangkan beras tidak.

Siapa yang belum pernah makan ketan? Ketan disebut glutinous atau sticky rice dalam bahasa Inggris, berdasarkan kenyataan bahwa beras ini memang lengket. Kandungan amilosanya yang tinggi inilah yang menyebabkan karakter lengket ini. Sedangkan beras atau nasi? Yah, Anda buktikan saja sendiri perbedaannya. Beras adalah beras dan ketan adalah ketan.

#2 Meski satu spesies, namun berbeda varietas


Beras dan ketan sebenarnya masih satu spesies. Alias makhluk hidup yang sama. Hanya berbeda varietas atau ras. Maka persilangan diantara keduanya memungkinkan.

#3 Khasiatnya? Tentu berbeda jauh

Ketan hitam, meskipun berwarna gelap, ternyata tidaklah memiliki khasiat seperti beras hitam. Pigmen warna antosianin adalah salah satu zat yang bertanggungjawab pada warna tumbuhan. Makin banyak kandungannya, makin gelap warnanya. Antosianin merupakan salah satu jenis antioksidan, zat yang mampu mencegah kanker. Singkat kata, makin gelap warnanya, makin baik untuk mencegah kanker. Namun beras hitam mungkin adalah pengecualian. Meski sama gelapnya, terdapat beberapa zat lain yang jauh lebih berkhasiat.

#4 Beras hitam jauh lebih tinggi

Penampakan tanaman beras hitam dapat dengan mudah diamati. Tubuhnya tegap dan tinggi, rata-rata mencapai 2 meter. Sedangkan ketan hitam, tidak berbeda jauh dengan padi cere. Hanya sekitar 30-60 sentimeter.

#5 Beras hitam dipanen lebih lama

Beras hitam adalah varietas padi javanica, alias asli nusantara. Memerlukan waktu 6 bulan sebelum matang dan siap dipanen. Sedangkan ketan hitam hampir sama dengan padi subtropis atau varietas japonica yang hanya memerlukan waktu 3 bulan untuk dipanen. Tambahan masa 3 bulan dan masa pengisian bulir yang cukup lama, memungkinkan sang padi mengakumulasikan zat-zat bermanfaat dalam bulir si hitam legendaris ini.

#6 Indeks glikemik beras hitam lebih rendah

Indeks glikemik adalah satuan yang menyatakan kecepatan suatu bahan makanan mempengaruhi kadar gula dalam darah. Makin tinggi nilainya, makin tidak baik bagi tubuh. Karena berarti semakin cepat makanan tersebut memompakan gula dalam darah. Sistem pankreas dan insulin akan terbebani. Dalam jangka waktu lama, sering mengkonsumsi makanan dengan IG tinggi akan merusak dan menyebabkan diabetes.
Dan pada penderita diabetes, makanan dengan Indeks Glikemik tinggi adalah haram. Beras hitam memiliki IG dibawah 70, dan rata-rata 50-60, tergantung varietas dan cara pengolahan. Sedangkan ketan hitam hampir seluruhnya diatas 80, bahkan mendekati angka 100. Jelas mana yang lebih sehat.

#7 Kandungan kalori beras hitam lebih rendah

Nilai kalori banyak dihasilkan dari tingginya kadar karbohidrat. Nilai kalori beras hitam termasuk yang terendah diantara beras dan ketan. Hanya 362 kcal per 100 gram. Nilai kalori erat kaitannya dengan Indeks Glikemik, karena berhubungan dengan kadar gula. Dengan kalori yang rendah, beras hitam sangat cocok untuk diet. Dan aman untuk penderita diabetes maupun obesitas. Mau kurus? Perbanyak makan beras hitam!

#8 Beras hitam hanya bisa ditanam secara organik

Meskipun terdapat beberapa varietas beras hitam yang dapat ditanam secara non-organik, namun kebanyakan beras hitam (termasuk yang kami produksi) tidak dapat mentolerir pupuk anorganik. Sekali diberi pupuk urea, pertumbuhannya menjadi abnormal. Fase vegetatif terlalu cepat, dan pengisian bulir tidak sempurna. Sedangkan ketan? sudah umum ditanam selayaknya padi biasa. Dan sudah susah mencari ketan yang masih ditanam tanpa pupuk anorganik atau pestisida sama sekali.

#9 Warna gabah beras hitam adalah coklat

Sungguh menyenangkan memperhatikan fase pertumbuhan beras hitam. Meskipun beras hitam berwarna hitam, namun kulit gabah atau sekamnya tidak hitam. Warnanya coklat seperti beras biasa. Warna kulit gabah tersebut hanya menghitam pada masa pengisian bulir atau sering disebut petani masa bunting. Pada bulan terakhir, warnanya kembali coklat seperti semula. Sedangkan warna gabah ketan hitam adalah hitam. Dan kulit dalamnya juga hitam.

#10 Legendanya? Tidak perlu ditanya lagi

Sebagai forbidden rice, legenda beras hitam masih hidup di keraton-keraton dan rumah-rumah adat. Dengan khasiatnya yang begitu dahsyat, tak perlu kita pertanyakan lagi, mengapa beras ini sungguh dikeramatkan. Silahkan buktikan sendiri kelezatan sang legenda.

sumber:www.berashitam.com

#11 Tidak bisa diolah menjadi tape

 Pernah penulis lakukan percobaan dengan diberi ragi untuk diolah menjadi tape ternyata untuk ketan hitam bisa terbentuk sedangkan pada beras hitam tidak berhasil menjadi tape.

Nah sekian dulu posting dari saia, jangan lupa untuk meng-klik tombol G+1 dibawah artikel ini. Semoga bermanfaat :D